Monday, June 15, 2015

Contoh Resensi Novel



Nama   : Marie-Louise CW
NIM     : 141214047
INGAT JANJI TERINDAH YANG HARUS KITA PERJUANGKAN

            Judul Buku      : Eiffel, Wait for Us
            Pengarang       : Fanniya Hazzah
            Penerbit           : PING!!!
            Tahun Terbit    : Cetakan Kedua, Maret 2014
            Tebal Buku      : 200 halaman, 1 cm
            ISBN               : 978-602-255-178-2


            Pada saat menulis novel ini, Fanniya Hazzah adalah seorang siswi di SMAN 1 Bantul. Sejak kecil, ia suka membaca dan menulis. Novel ini adalah karya perdananya.
           
            Novel ini bercerita tentang persahabatan antara Sirra, Rama, dan Jeslyn yang sudah terjalin sejak mereka kecil. Persahabatan ketiganya berlangsung harmonis sampai mereka saling menyadari bahwa ada perasaan yang lebih dari itu meski mereka bertiga berbeda keyakinan. Jeslyn menyukai Rama, tetapi Rama dan Sirra baru sadar mereka saling menyadari ada perasaan yang tumbuh antara mereka saat mereka mengetahui kenyataan yang diungkapkan Jeslyn.
            Itu semua mereka alami saat mereka masuk SMP. Dimulai dari saat MOS, Andre seorang kakak kelas yang merupakan ketua evaluasi panitia MOS menyukai Sirra. Di luar dugaan, ternyata Andre hanya menjadikan Sirra sebagai pelarian dari mantan pacarnya yang masih mengejarnya. Sirra merasa terpuruk dan ia mulai teringat dengan sosok ayah yang sudah meninggalkannya sedari ia kecil. Di saat itulah ia merasa kehadiran Rama sebagai sosok sahabat dan laki-laki yang senantiasa menemaninya menjadi sangat berarti. Mereka juga menjadi pasangan di ekstrakurikuler lyrical dance. Hubungan merekapun berjalan sangat baik sampai mereka lulus SMP hingga akhirnya Rama, yang adalah seorang nasrani, harus memenuhi permintaan almarhumah ibunya untuk melanjutkan pendidikan ke seminari menengah dan menjadi seorang pastur.
            Sirra yang mengetahui hal itu sangat terkejut. Menjadi seorang pastur berarti tidak boleh menikah dan tidak boleh memiliki kekasih selain Kristus. Ia kembali ke masa saat ditinggalkan Andre, meratapi nasibnya dan teringat akan sosok ayahnya. Berhari-hari ia seperti tidak bisa melanjutkan hidupnya. Jeslyn sebagai sahabatpun mencoba menenangkan-nya. Ia merasa ini tidak adil. Dulu ayahnya yang meninggalkannya, sekarang kekasih yang sekaligus sahabatnya meninggalkannya begitu saja tanpa memberi waktu untuk menerima kenyataan yang ada.
            Kemudian, Sirra teringat akan sebuah janji yang ia dan Rama pernah buat pada 27 Januari di Bukit Bintang, yaitu bertemu di Menara Eiffel pada 27 Januari 2017 pukul 19.30 dengan membawa impian yang sudah mereka capai. Janji inilah yang kemudian membuat Sirra bisa kembali melanjutkan hidupnya seperti biasa.
            Kelebihan dari novel “Eiffel, Wait for Us” ini adalah novel ini mengungkapkan bahwa kehidupan remaja tidak semudah yang orang dewasa katakan. Meskipun orang dewasa juga pernah menjadi seorang remaja, tetapi masa remaja mereka sudah berbeda jaman dan keadaan. Banyak pergolakan yang terjadi pada remaja, baik di dalam maupun di luar diri mereka. Akan tetapi, novel ini juga memiliki kekurangan. Banyak yang janggal dari cerita di novel ini, seperti Andre yang mengendarai kendaraan sendiri ke sekolah sementara ia masih SMP, perubahan sudut pandang secara tiba-tiba (awalnya bercerita melalui sudut pandang Sirra lalu berubah menjadi sudut pandang mamanya), dan soal ‘komitmen’ yang Sirra inginkan sementara dia masih berusia sangat muda untuk berbicara mengenai komitmen.
            Mungkin karena usia penulis yang terlalu muda dan belum memiliki banyak pengalaman serta ini adalah karya perdananya maka cerita yang dibuat masih sederhana. Novel ini lebih cocok dibaca oleh remaja, bukan orang dewasa.

No comments:

Post a Comment