Nama :
Marie-Louise CW
NIM :
141214047
|
Judul Buku : Eiffel, Wait for Us
Pengarang : Fanniya Hazzah
Penerbit : PING!!!
Tahun
Terbit : Cetakan Kedua, Maret 2014
Tebal
Buku : 200 halaman, 1 cm
ISBN :
978-602-255-178-2
Pada saat menulis novel ini, Fanniya
Hazzah adalah seorang siswi di SMAN 1 Bantul. Sejak kecil, ia suka membaca dan
menulis. Novel ini adalah karya perdananya.
Novel ini bercerita tentang persahabatan antara Sirra, Rama, dan Jeslyn yang sudah terjalin sejak mereka kecil. Persahabatan ketiganya berlangsung harmonis sampai mereka saling menyadari bahwa ada perasaan yang lebih dari itu meski mereka bertiga berbeda keyakinan. Jeslyn menyukai Rama, tetapi Rama dan Sirra baru sadar mereka saling menyadari ada perasaan yang tumbuh antara mereka saat mereka mengetahui kenyataan yang diungkapkan Jeslyn.
Itu semua mereka alami saat mereka
masuk SMP. Dimulai dari saat MOS, Andre seorang kakak kelas yang merupakan ketua
evaluasi panitia MOS menyukai Sirra. Di luar dugaan, ternyata Andre hanya
menjadikan Sirra sebagai pelarian dari mantan pacarnya yang masih mengejarnya.
Sirra merasa terpuruk dan ia mulai teringat dengan sosok ayah yang sudah
meninggalkannya sedari ia kecil. Di saat itulah ia merasa kehadiran Rama
sebagai sosok sahabat dan laki-laki yang senantiasa menemaninya menjadi sangat
berarti. Mereka juga menjadi pasangan di ekstrakurikuler lyrical dance. Hubungan merekapun berjalan sangat baik sampai
mereka lulus SMP hingga akhirnya Rama, yang adalah seorang nasrani, harus
memenuhi permintaan almarhumah ibunya untuk melanjutkan pendidikan ke seminari
menengah dan menjadi seorang pastur.
Sirra yang mengetahui hal itu sangat
terkejut. Menjadi seorang pastur berarti tidak boleh menikah dan tidak boleh
memiliki kekasih selain Kristus. Ia kembali ke masa saat ditinggalkan Andre,
meratapi nasibnya dan teringat akan sosok ayahnya. Berhari-hari ia seperti
tidak bisa melanjutkan hidupnya. Jeslyn sebagai sahabatpun mencoba
menenangkan-nya. Ia merasa ini tidak adil. Dulu ayahnya yang meninggalkannya,
sekarang kekasih yang sekaligus sahabatnya meninggalkannya begitu saja tanpa memberi
waktu untuk menerima kenyataan yang ada.
Kemudian, Sirra teringat akan sebuah
janji yang ia dan Rama pernah buat pada 27 Januari di Bukit Bintang, yaitu
bertemu di Menara Eiffel pada 27 Januari 2017 pukul 19.30 dengan membawa impian
yang sudah mereka capai. Janji inilah yang kemudian membuat Sirra bisa kembali
melanjutkan hidupnya seperti biasa.
Kelebihan dari novel “Eiffel, Wait for Us” ini adalah novel ini
mengungkapkan bahwa kehidupan remaja tidak semudah yang orang dewasa katakan.
Meskipun orang dewasa juga pernah menjadi seorang remaja, tetapi masa remaja
mereka sudah berbeda jaman dan keadaan. Banyak pergolakan yang terjadi pada
remaja, baik di dalam maupun di luar diri mereka. Akan tetapi, novel ini juga
memiliki kekurangan. Banyak yang janggal dari cerita di novel ini, seperti
Andre yang mengendarai kendaraan sendiri ke sekolah sementara ia masih SMP, perubahan
sudut pandang secara tiba-tiba (awalnya bercerita melalui sudut pandang Sirra
lalu berubah menjadi sudut pandang mamanya), dan soal ‘komitmen’ yang Sirra
inginkan sementara dia masih berusia sangat muda untuk berbicara mengenai
komitmen.
Mungkin karena usia penulis yang
terlalu muda dan belum memiliki banyak pengalaman serta ini adalah karya
perdananya maka cerita yang dibuat masih sederhana. Novel ini lebih cocok
dibaca oleh remaja, bukan orang dewasa.
No comments:
Post a Comment