Aku suka menulis. Banyak ide yang sering aku tuangkan ke dalam beberapa kalimat dan narasi tulisan tangan maupun ketikan. Tadinya mau konsisten menulis, tapi banyak alasan yang membuatku jadi tidak 'ajeg' menulis. Salah satunya, yang paling berpengaruh, menurutku, adalah perkataan orang terhadap tulisanku.
"Apaan, sih. Baperan amat, kek gini aja ditulis."
"Curhat muluuuu."
"Keknya galau terus, Nda."
Seharusnya, hal-hal seperti ini tidak menjadi halangan kalau memang aku berniat menulis. Biar saja orang mau berpendapat bagaimana, yang penting kemampuan menulisku terasah. Mungkin saat itu, tulisanku masih terlalu harfiah dan artinya jelas, hingga orang menilainya sebagai curhatan orang galau yang tidak pernah bahagia.
Beberapa saat setelah itu, aku masih menulis. Tersembunyi saja, tidak perlu orang melihat. Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika aku melihat banyak orang yang bisa menulis dengan indah dan mendeskripsikan banyak hal di dalam sebuah tulisan, aku juga ingin memperbaiki tulisanku dan mempublikasikan buah pikirku.
Butuh waktu untuk memutuskan kembali menulis di media sosial setelah sekian lama. Itulah mengapa aku tidak memulai 30 Hari Bercerita pada tanggal 1 Januari. Aku terlalu banyak berpikir tentang perkataan orang dan membayangkan mereka berkata, "Apaan, sih, kek gini aja ditulis." But then, who cares? Toh akun ya akunku. Ingin baca, silakan. Tidak, ya, tidak apa-apa. Punya pikiran yang sama, mari diskusi. Tidak, ya, tidak apa-apa. 😃
Perihal menulis, menurut orang ya beda-beda. Yang berpendapat ini bagus, ya, monggo. Yang tidak, ya, kemukakan buah pikirmu dengan cara lain. Jangan lupa, yang sopan, ya. 😄
No comments:
Post a Comment