Tuesday, January 8, 2019

Self-love

Perempuan ini dikenal sebagai orang yang menyakiti dirinya sendiri bertahun-tahun. Dia menanti sesuatu yang bisa dibilang tidak mungkin terjadi. Sampai akhirnya dia mencapai suatu titik ketika dirinya tidak ingin tersakiti lagi, terutama karena dirinya sendiri.

Dia tadinya belum sadar bahwa dia menyakiti dirinya sendiri. Dia bersikeras bahwa yang dilakukannya adalah yang terbaik. Menunggu tidak menyakitinya secara fisik, tetapi batin. Batinnya tidak sehat karena ia meyakinkan dirinya akan ada sesuatu yang indah dari penantian panjang.

Titik balik itu berada di suatu masa ketika dia merasa penantiannya sia-sia. Dia sudah diperingatkan banyak orang tetapi dia masih saja keras kepala. Pada akhirnya, orang yang dia tunggu tidak menunggunya atau berusaha menemuinya. Orang yang dia tunggu itu pergi. Dia sendirian. Mau berlari ke mana, dia tidak tahu. Mau bercerita pada siapa juga orang-orang sudah bosan mendengarnya. Ditambah lagi, orang-orang juga tidak mengerti apa yang kita rasakan selama ini. Dia juga kehilangan dirinya. Dia ingat namanya, tetapi tidak ingat dirinya.

Saat itu dia merasa sangat kesepian. Dia belum bisa menerima keadaan ataupun berlari dari keadaan. Kondisinya buruk sekali. Sampai suatu saat dia memilih untuk mencari pelarian. Dia memilih untuk tidak berlari pada manusia, tetapi pada situasi yang membuatnya bisa lupa pada keadaan yang menyakitinya. Awalnya dia ragu apakah yang dilakukannya ini benar atau tidak. Dia merasa ini bukan tindakan yang tepat untuk dilakukan. Tetapi pada akhirnya dia masuk ke dalamnya. Mempelajari banyak hal yang ternyata membuatnya jauh lebih baik. Self-love.

Kampanye "Love Myself" dari sebuah grup idola Korea membuatnya kembali pada dirinya. Percaya atau tidak percaya, tenggelam di dalam dunia fangirling sudah membuatnya lupa bahwa dia dulu pernah menunggu sekian lama untuk satu hal yang sudah pasti tidak akan terjadi. Pelarian ini bukan seperti yang dibayangkan. Menjadi seorang fangirl bukan berarti dia lupa bahwa dia memiliki permasalahan yang belum selesai dengan dirinya sendiri. Tetapi dia belajar. Dia belajar mencintai dirinya sendiri. Dia terinspirasi oleh perjuangan para personel band tersebut dan orang-orang yang ada di baliknya, lirik lagu-lagu yang mereka ciptakan--yang notabene bukan hanya tentang cinta, tetapi juga kehidupan sosial, interpretasi gerak tari mereka, bahkan sampai teori yang terhubung dari tiap albumnya. Dia juga belajar membaca aksara Korea secara mandiri. Dia memperkaya dirinya sendiri melalui fangirling. Sampai akhirnya dia mengenal siapa dirinya, sedikit demi sedikit.

Dia belajar bahwa pada akhirnya, seseorang akan kembali kepada dirinya sendiri ketika sekitar sudah tidak bisa lagi bekerja sama dengannya. Tidak ada orang yang memahami dia sebaik dirinya sendiri. Tidak ada orang yang akan mendengarkan dia dengan cerita yang sama setiap harinya. Ada, beberapa orang pasti akan mendengarkan, tetapi apakah mereka mengerti? Tidak sepenuhnya.

Sulit memang untuk kembali pada diri sendiri. Dia pun mengakui hal tersebut. Butuh waktu yang lama untuk belajar mendengarkan diri sendiri. Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, berbeda pada setiap orang. Mendengarkan diri sendiri itu butuh tenaga ekstra karena dalam diri sendiri pun, ada dua--bahkan lebih--kubu yang saling berseteru. Hati nurani.

Lalu, dia pilih satu yang terbaik untuk dirinya sendiri saat itu. Fokus ke tujuan yang pasti bisa dia raih dan berhenti menunggu.

Dia sembuh. Dia tidak lagi menyakiti dirinya sendiri maupun membiarkan orang menyakitinya lagi. Satu dua hal memang masih membuatnya sakit hati, namun hal tersebut wajar sebagai seorang manusia. Tetapi perempuan ini, dia tidak lagi menunggu. Dia menemukan dirinya serta mendapatkan buah dari penantiannya tersebut, orang lain yang memperlakukannya jauh lebih baik dan mencintainya lebih dari cukup.

No comments:

Post a Comment