Saturday, March 9, 2019

Aku Beruntung

Banyak ketakutanku mulai mengelilingiku beberapa hari ini. Mulai dari ketakutan akan penyesalan masa lalu, sampai ketakutan akan masa depan. Aku beruntung aku menemukanmu sebelum ketakutan-ketakutan itu menghantui. Kamu tahu? Aku bisa duduk meringkuk di sudut kamar bila mereka sudah mulai datang menerorku. Aku beruntung aku menemukanmu dan bisa membicarakan hal ini denganmu tanpa sedikit pun kamu menghakimiku. Aku beruntung aku menemukanmu karena kamu bisa meyakinkanku bahwa kamu akan selalu ada untukku. Dan kamu memang di situ. Selalu ada untukku. Tanpa memperhitungkan egomu. Sungguh, aku beruntung menemukanmu.

Jika waktu itu aku tidak mau keluar dari situasi yang diciptakan egoku, aku tidak akan merasa beruntung sudah menemukanmu. Berkali-kali aku mengungkapkan betapa beruntungnya aku menemukanmu. Itu semua karena aku memang merasa beruntung sudah menemukanmu. Aku tahu dunia tidak akan semurah hati itu. Buktinya, jarak sudah memisahkan fisik kita meskipun kita berkomunikasi satu sama lain setiap hari. Tetapi aku tetap beruntung sudah menemukanmu.
Bagaikan sebuah karya seni yang diagung-agungkan, begitu pula aku sangat mengagungkan kehadiranmu dalam hidupku. Aku menyukaimu. Sangat. Aku menyayangimu. Sangat. Aku mencintaimu. Sangat. Kehadiranmu membuatku tidak terus-terusan meratapi terpisahnya kita secara fisik. Kehadiranmu membuatku optimis kita bisa menyingkirkan ego kita. Kehadiranmu membuatku percaya bahwa masa depan yang kita impikan bisa terwujud suatu saat nanti. Indah, bukan, karya seni yang satu ini?
Jika suatu saat kita berada di pinggir jurang yang curam, aku berharap tidak ada yang mendorong ke dalamnya. Kita harus berpegangan tangan dan berpikir dengan jernih bagaimana mengeluarkan diri kita dari situasi tersebut. Kita harus kembali ke jalan setapak yang harus kita lalui untuk mencapai puncak. Kita harus kembali ke tujuan awal kita. Dan aku percaya kita bisa mengatasi situasi seperti itu, karena aku beruntung aku menemukanmu.
Jika suatu saat salah satu dari kita terjebak dalam hujan lebat beserta angin dan petir, aku berharap kita selalu sedia payung untuk melindungi satu sama lain. Sebuah payung dan dekapan yang hangat sudah lebih dari cukup untuk meredakan hujan tersebut. Setidaknya kita tidak diguyur hujan dan menghangatkan satu sama lain. Aku yakin kita akan melakukan ini. Itu semua karena aku beruntung aku menemukanmu.
Ah, basi. Paling juga kalau sudah dua tahun kalian akan merasa bosan dan mulai banyak pertengkaran. Suara itu lagi… Suara ketakutan itu muncul lagi. Dan karena aku beruntung aku menemukanmu, aku tidak lagi takut terhadap suara seperti itu. Mengapa? Kenyataan memang tidak bisa dihindari. Kejenuhan memang akan ada suatu saat nanti. Tetapi komunikasi yang baik akan sangat membantu kita mengatasi kejenuhan itu. Aku tahu kita akan saling mengungkapkan perasaan satu sama lain. Itu yang kita bicarakan dari awal. Aku benar-benar beruntung, bukan?
Aku beruntung aku menemukanmu. Aku beruntung karena kamu mengatakan, “Aku tidak ada di masa lalumu, tetapi aku aka nada di masa sekarang dan masa depanmu.” Ah, aku memang beruntung.

No comments:

Post a Comment