Banyak ketakutanku mulai
mengelilingiku beberapa hari ini. Mulai dari ketakutan akan penyesalan masa
lalu, sampai ketakutan akan masa depan. Aku beruntung aku menemukanmu sebelum
ketakutan-ketakutan itu menghantui. Kamu tahu? Aku bisa duduk meringkuk di sudut
kamar bila mereka sudah mulai datang menerorku. Aku beruntung aku menemukanmu
dan bisa membicarakan hal ini denganmu tanpa sedikit pun kamu menghakimiku. Aku
beruntung aku menemukanmu karena kamu bisa meyakinkanku bahwa kamu akan selalu
ada untukku. Dan kamu memang di situ. Selalu ada untukku. Tanpa memperhitungkan
egomu. Sungguh, aku beruntung menemukanmu.
Jika waktu itu aku tidak mau keluar
dari situasi yang diciptakan egoku, aku tidak akan merasa beruntung sudah
menemukanmu. Berkali-kali aku mengungkapkan betapa beruntungnya aku
menemukanmu. Itu semua karena aku memang merasa beruntung sudah menemukanmu.
Aku tahu dunia tidak akan semurah hati itu. Buktinya, jarak sudah memisahkan
fisik kita meskipun kita berkomunikasi satu sama lain setiap hari. Tetapi aku
tetap beruntung sudah menemukanmu.
Bagaikan sebuah karya seni yang
diagung-agungkan, begitu pula aku sangat mengagungkan kehadiranmu dalam
hidupku. Aku menyukaimu. Sangat. Aku menyayangimu. Sangat. Aku mencintaimu.
Sangat. Kehadiranmu membuatku tidak terus-terusan meratapi terpisahnya kita
secara fisik. Kehadiranmu membuatku optimis kita bisa menyingkirkan ego kita.
Kehadiranmu membuatku percaya bahwa masa depan yang kita impikan bisa terwujud
suatu saat nanti. Indah, bukan, karya seni yang satu ini?
Jika suatu saat kita berada di
pinggir jurang yang curam, aku berharap tidak ada yang mendorong ke dalamnya.
Kita harus berpegangan tangan dan berpikir dengan jernih bagaimana mengeluarkan
diri kita dari situasi tersebut. Kita harus kembali ke jalan setapak yang harus
kita lalui untuk mencapai puncak. Kita harus kembali ke tujuan awal kita. Dan
aku percaya kita bisa mengatasi situasi seperti itu, karena aku beruntung aku
menemukanmu.
Jika suatu saat salah satu dari kita
terjebak dalam hujan lebat beserta angin dan petir, aku berharap kita selalu
sedia payung untuk melindungi satu sama lain. Sebuah payung dan dekapan yang
hangat sudah lebih dari cukup untuk meredakan hujan tersebut. Setidaknya kita
tidak diguyur hujan dan menghangatkan satu sama lain. Aku yakin kita akan
melakukan ini. Itu semua karena aku beruntung aku menemukanmu.
Ah, basi. Paling juga kalau sudah dua tahun kalian akan merasa bosan dan
mulai banyak pertengkaran. Suara itu lagi… Suara ketakutan itu muncul lagi. Dan karena aku
beruntung aku menemukanmu, aku tidak lagi takut terhadap suara seperti itu.
Mengapa? Kenyataan memang tidak bisa dihindari. Kejenuhan memang akan ada suatu
saat nanti. Tetapi komunikasi yang baik akan sangat membantu kita mengatasi
kejenuhan itu. Aku tahu kita akan saling mengungkapkan perasaan satu sama lain.
Itu yang kita bicarakan dari awal. Aku benar-benar beruntung, bukan?
Aku beruntung aku menemukanmu. Aku
beruntung karena kamu mengatakan, “Aku tidak ada di masa lalumu, tetapi aku aka
nada di masa sekarang dan masa depanmu.” Ah, aku memang beruntung.
No comments:
Post a Comment